Jumat, 02 Mei 2014

Anatomi dan Fungsi Bahagian Mata


Anatomi Mata






Kedudukan mata dalam soket tengkorak.

Fungsi Bahagian Mata
Bahagian
Struktur/Ciri-ciri
Fungsi
Sklera (sclera)
Lapisan putih yang kuat.
-Memegang bentuk mata.
-Melindungi mata.
Kornea (cornea)
Membran lut cahaya (translucent) sklera, pada bahagian depan mata.
-Membenarkan cahaya masuk ke dalam mata.
-Memfokus cahaya pada retina.
Koroid (choroid)
Lapisan gelap yang mempunyai banyak kapilari darah
-Membekal oksigen dan makanan kepada mata.
-Menyerap dan mengelakkan pantulan cahaya di dalam mata.
Konjunktiva (conjunctiva)
Lapisan epitelium pada depan mata.
-Melindungi kornea.

Iris
Lapisan berbentuk cakera (disc-shaped) pada depan mata.
-Menentukan warna mata.
-Mengawal saiz pupil dan jumlah cahaya yang memasuki mata.
Anak mata (pupil)
Bukaan kecil pada depan mata.
-Membenarkan cahaya memasuki mata.
Kanta mata (lens)
Kanta cembung yang lut sinar dan elastik.
-Membias dan menfokus cahaya pada retina.
Otot silia (ciliary muscle)
Otot yang membentang dari koroid.
-Mengubah ketebalan kanta apabila jarak fokus kanta berubah.
Ligamen gantung (supportive ligament)
Satu struktur yang terbentuk daripada gentian kolagen.
-Menyokong dan memegang kanta pada tempatnya.
Gelemaca (vitreous humour)
Bahan seperti jeli yang mengisi ruang di dalam biji mata.
-Mengekalkan bentuk mata.
-Menyerakkan dan memfokus imej pada retina.
-Bertindak sebagai penyerap getaran pada mata
Gelemair (aqueous humour)
Cecair tidak berwarna yang mengisi ruang di bahagian hadapan kanta mata.
-Membias dan menfokus cahaya yang memasuki mata.
Retina

(a)   Bintik kuning
(yellow spot)
(b)   Bintik buta
(blind spot)
Lapisan sel yang peka kepada cahaya.

Titik bertentangan dengan anak mata (pupil) dan kaya dengan reseptor (penerima) peka cahaya.

Titik melalui saraf optik, yang keluar dari retina, dan tidak mempunyai sel yang peka kepada cahaya.
-Mengesan rangsangan cahaya dan menukarkannya kepada impuls.
-Kawasan mata yang paling peka terhadap cahaya.
-Imej objek yang dilihat difokus disini.
-Kawasan mata yang tidak peka terhadap cahaya.





-Imej objek yang terbentuk di sini tidak dapat dikesan.
Saraf optik (optic nerve)
Sekumpulan saraf yang menghubungkan retina ke otak.
Menghantar impuls dari retina ke otak untuk ditafsirkan.

STRUKTUR ANATOMI MATA

Struktur anatomi mata :
  • Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa selubung berserabut putih dan relatif kuat
  • Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
  • Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki diameter sekitar 12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.
  • Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
  • Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
  • Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
  • Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
  • Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi menjadi 10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut pada lapisan ke-9.
  • Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
  • Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊ – 18̊.
  • Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
  • Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).




RETINA SEBAGAI DETEKTOR CAHAYA
Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak. Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal listrik ke otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy minimum untuk dapat menimbulkan reaksi.
Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :
a.      Sel Kerucut
  • Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.
  • Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).
  • Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.
  • Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
  • Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm pada region kuning hijau.
b.     Sel Batang
  • Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.
  • Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik).
  • Berguna untuk penglihatan perifer.
  • Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di sudut sekitar 20̊.
  • Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm pada region biru-hijau.
PEMBEDAAN WARNA
Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di luarnya sesuai dengan teori antagonis.
Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen yang mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau, dan merah pada spectrum. Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara terpisah yang masing-masing mengirimkan impuls-impuls yang dapat dibedakan ke otak. Teori antagonis menganggap bahwa retina mempunyai aktivitas yang lebih kompleks. Ada 6 macam tanggapan retina yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat menekan kegiatan anggota pasangan lain.
Ukuran saraf batang dan kerucut yang begitu kecilnya, jika dikombinasikan dengan indeks bias relatifnya yang tinggi menunjukkan bahwa mereka dapat bertindak sebagai pemandu gelombang optik, yang secara selektif mentransmisikan energi hanya di dalam suatu pita gelombang karakteristik sempit bagi saraf batang atau kerucut. Secara teoritis, energi cahaya dalam suatu pemandu yang berupa serat ditransmisikan dalam bermacam ragam yang karakteristik, artinya, ada selektivitas warna dalam retina.
KEPEKAAN DAN KETAJAMAN MATA
Ada tiga macam ukuran kepekaan / ketajaman mata, yaitu :
1. Ambang kuantum
Ambang kuantum merupakan jumlah minimum foton yang diperlukan untuk merangsang sebuah tanggapan sensor. Ambang kuantum ini berperan untuk menentukan ketajaman penglihatan seseorang di tempat gelap – seseorang dengan ambang kuantum yang baik, akan memiliki penglihatan yang lebih baik di tempat gelap, artinya dengan sedikit foton saja sudah mampu mengaktifkan sensor optikus (sel batang dan kerucut).
2. Ambang penerangan
Ambang penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap cahaya dengan aneka macam panjang gelombang. Penglihatan untuk adaptasi gelap disebut skotopik dan terang disebut fotopik.
3. Ketajaman
Ketajaman yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan diukur dengan pemisahan sudut minimum terhadap dua buah objek dan bukan satu. Batas terendah teoritis untuk resolusi dua buah titik cahaya adalah sebesar 0,1 mrad, sedangkan pada kenyataannya, dengan penglihatan paling tajam dan kondisi yang optimum manusia dapat memisahkan sudut pemisahan sekitar 0,2 mrad.
CACAT MATA
1. Miopia (penglihatan dekat)
  • Karakteristik : titik jauh kurang dari tak berhingga, bayangan jatuh di depan retina.
  • Penyebab umum : bola mata panjang atau kornea terlalu lengkung.
  • Diperbaiki dengan : lensa negatif / cekung / minusS
  • Hiperopia (penglihatan jauh)
  • Karakteristik : titik dekat lebih dari punctum proximum mata normal, yaitu 25 cm, bayangan jatuh di belakang retina.
  • Penyebab umum : bola mata pendek atau kelengkungan kornea kurang.
  • Diperbaiki dengan : lensa positif / cembung / plus.
2. Astigmatisme
  • Karakteristik : benda titik nampak bergaris-garis sedangkan benda bergaris-garis dilihat baik hanya pada arah tertentu saja.
  • Penyebab umum : kelengkungan kornea tidak merata.
  • Diperbaiki dengan : lensa silindris atau lensa kontak keras.
3. Presbiopia (mata tua)
  • Karakteristik : titik dekat lebih dari 25 cm, titik jauh kurang dari tak berhingga.
  • Penyebab umum : kurangnya akomodasi.
  • Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau trifokal.
4. Buta warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
PENYAKIT MATA
  1. Ablasio
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapa pun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.

2. Dakriosistitis
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang berada di dekat hidung dan bersifat menular. Infeksi ini menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya pengeluaran air mata berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan obstruksi nasolakirmalis oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.

3. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

4. Katarak
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. Dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi inframerah, radiasi gelombang mikro, radiasi nuklir, terkena bahan kimia tertentu, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut, atau cedera (trauma) fisik pada mata.

5. Koloboma
Koloboma adalah lubang yang terdapat pada struktur mata, seperti lensa mata, kelopak mata, iris, retina, koroid, atau diskus optikus. Lubang ini telah ada sejak lahir dan dapat disebabkan adanya jarak antara dua struktur di mata. Struktur ini gagal menutup sebelum bayi dilahirkan. Koloboma dapat terjadi pada satu atau kedua mata.
Kloboma memengaruhi pandangan, tergantung dari tingkat keparahan sesuai dengan ukuran dan lokasi. Misalnya, bila hanya sebagian kecil dari iris yang rusak, pandangan mungkin saja normal. Namun bila terjadi pada retina atau saraf optik, maka pandangan pasien akan rusak dan sebagian besar lapangan pandang akan hilang. Kadang-kadang mata dapat mengecil atau mikroftalmos, dan bahkan pasien dapat menderita penyakit mata lainnya seperti glaukoma.

6. Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan bersifat menular. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor alergi, iklim, usia, dan jenis kelamin. Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Konjungtivitis gonokokal disebabkan melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).

7. Xerophtalmia (xerosis)
Xerophtalmia (xerosis), penyakit mata yang disebabkan oleh keringnya konjungtiva dan kornea mata akibat kekurangan vitamin A. Salah satu gejala awal dari penyakit ini adalah rabun senja, berkurangnya kemampuan melihat pada saat hari senja. 

OPHTALMOSKOP
Perangkat ini dibagi atas 3 bagian

1. Atas
Bagian ini sering disebut sebagai Projector Head dan di sinilah lokasi dari sumber sinar dan media okuler tersedia yang letaknya saling bertolak belakang. Beberapa perusahaan memberikan bantalan di atas bagian okuler ( bagian paling atas ) atau menyediakan asesoris tambahan berupa plastik sepanjang kira-kira 5 cm yang berguna sebagai sandaran dahi agar supaya pengaplikasiannya lebih mudah.

2. Sleeve atau lengan
Sleeve ini identik dengan pembentukan sinar yang anda inginkan. Berkas sinar melebar dengan ketajaman sinar yang rendah disebut Sleeve Up, sedangkan berkas sinar ramping ( seperti asesoris stenopic slit pada trial lens ) dengan ketajaman sinar yang tinggi dikenal sebagai sleeve down. Persis dibawah sleeve ada alat pemutar sudut dari berkas sinar yang pada nantinya berkas sinar bisa tampil secara vertikal, horizontal dan miring tergantung pada axis yang dibentuk oleh media mata pasien.

3. Battery
Bagian ini adalah tempat tangan anda menggengam retinoskop dan juga pengaturan intensitas sinar yang ingin anda hasilkan. Patut digaris bawahi sebaiknya intensitas sinar jangan terlalu tinggi dimana bila ini terjadi pasien akan merasa silau dan pedih. Retinoskop digunakan sebagai salah satu alternatif pemeriksaan obyektif ( baca pasien tidak berperan aktif ). Tatkala pasien kurang kooperatif dan autoref tidak bisa mengeluarkan hasil alias error. Kemudahan penggunaan dan efektifdalam waktu pemeriksaan menjadikannya sebagai idola di atas idola bagi para praktisi yang memilikinya.

 

LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN OKSIGEN (O2)

Definisi
Merupakan pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen (O2). Pemberian oksigen pada klien dapat melaui tiga cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.
Tujuan
  1. Memenuhi kebutuhan oksigen.
  2. Mencegah terjadinya hipoksia.
Indikasi
Pemberian oksigen (O2) dilakukan untuk pasien yang sesak napas atau pasien yang tidak bisa bernapas dengan normal.

Alat dan bahan
  1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifire
  2. Kateter nasal, kanula nasal, atau masker oksigen
  3. Vaselin/jeli

Prosedur kerja
Kateter nasal
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan.
  3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian, humidifire dengan melihat air bergelembung.
  4. Atur posisi dengan semi-Fowler.
  5. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai hidung dan berikan tanda.
  6. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
  7. Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli).
  8. Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan.
  9. Lakukan pengecekkan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belakang uvula).
  10. Fiksasi pada daerah hidung.
  11. Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam.
  12. Kaji cuping, septum, dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
  13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.
  14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Kanula nasal
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan.
  3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifire pada tabung dengan adanya gelembung air.
  4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
  5. Periksa kanula tiap 6-8 jam.
  6. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
  7. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
  8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Masker oksigen
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan.
  3. Atur posisi dengan semi-Fowler.
  4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (umumnya 6-10L/menit). Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung.
  5. Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
  6. Periksa kcepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
  7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELALULAH JADI ORANG YANG BERMANFAAT, BAGI ORANG LAIN ;)